PROSEDUR
PENGEMBANGAN MODUL
OLEH
:
KELOMPOK
2
WA
ODE SARTIKA/16010109007
JAMARUDIN/16010109008
PRODI
TADRIS FISIKA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya serta
kami selaku umatnya. Semoga kami mampu meneladani beliau sebagai manusia yang
berguna.
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Media
Pembelajaran dengan judul “Prosedur Pengembangan Modul” Semoga dengan diberikannya tugas
ini kami dapat meningkatkan pemahaman tentang mata kuliah pengembangan profesi
guru dan dapat meningkatkan kualitas belajar kami.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.
|
|
Kendari, 16
September 2018
Penyusun
|
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah
.................................................................................. 1
C.
Tujuan
Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Modul ................................................................................... 3
B.
Fungsi dan
Tujuan Penulisan Modul ...................................................... 5
C.
Karakteristik
Modul................................................................................ 5
D.
Prosedur
Penyusunan Modul ................................................................. 6
E.
Kelebihan dan
kelemahan modul ........................................................... 12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................................ 14
Daftar Pustaka ................................................................................................. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Proses
pembelajaran yang dilakukan di bangku sekolah melibatkan guru dan siswa. Guru
memberikan materi pelajaran kepada siswa, dan siswa menerima meteri pelajaran
tersebut. sudah menjadi kewajiban guru untuk menyampaikan materi kepada siswa
dengan sebaik mungkin sehingga materi yang hendak disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh siswa.
Dalam
penyampaian materi kebada siswa, guru dapat menggunakan berbagai macam media.
Banyak media yang dapat dipilih oleh guru dalam menyampaikan materi kepada
siswa. Terlebih lagi pada zaman sekarang yang semakin maju, teknologi semakin
canggih dan dapat memudahkan kegiatan manusia, termasuk dapat memudahkan proses
pembelajaran.
Seiring dengan
perkembangan teknologi yang semakin maju, media pembelajaran dapat
dikembangakan terus menerus sehingga lebih baik lagi dari sebelumnya. media
pembelajaran ada yang berbasis visual, salah satu media pembelajaran yang
termasuk dalam media pembelajaran berbasis visual adalah modul.
Sebagai calon pendidik, penulis menyadari
bahwa memahami media pembelajaran sangatlah penting bagi seorang pendidik, agar
dapat melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya dengan baik. Maka dari itu,
penulis menyusun makalah yang berjudul “Prosedur Pengembangan Modul”. Dengan di
susunnya makalah ini, diharapkan penulis dapat memahami media pembelajaran
berupa modul, dan dapat memberikan pemahaman bagi pembaca.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian modul itu?
2. Apa
fungsi dan tujuan penulisan modul?
3. Apa
saja karakteristik modul?
4. Bagaimana
prosedur penulisan modul?
5. Apa
kelebihan dan kelemahan modul?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
Pengertian modul.
2. Mengetahui
fungsi dan tujuan penulisan modul.
3. Mengetahui
karakteristik modul.
4. Mengetahui
prosedur penulisan modul.
5. Mengetahui
kelebihan dan kelemahan modul.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Penegertian
Modul
Modul ialah
bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu
dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Tujuan disusunnya modul
ialah agar peserta didik dapat menguasai kompetensi yang diajarkan dalam diklat
atau kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Bagi widiaiswara atau guru,
modul juga menjadi acuan dalam menyajikan dan memberikan materi selama diklat
atau kegiatan pembelajaran berlangsung. Fungsi modul ialah sebagai bahan
belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran peserta didik. Dengan modul
peserta didik dapat belajar lebih terarah dan sistematis. [1]
Modul guru
pembelajar adalah substansi materi yang dikemas guna membantu guru mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan, terutama kompetensi pedagogic dan kompetensi
professional. Modul guru pembelajar berbeda dengan handout, buku teks, atau
bahan tertulis lainnya yang sering digunakan dalam kegiatan pelatihan guru,
seperti diktat, makalah, atau ringkasan materi/bahan sajian pelatihan. Modul
guru pembelajar pada intinya merupakan model bahan belajar (learning material)
yang menuntut peserta pelatihan untuk belajar lebih mandiri dan aktif.[2]
Modul adalah satu kesatuan program yang dapat mengukur
tujuan. Modul dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk
satuan tertentu guna keperluan belajar. Menurut Goldschmid,”... module as a self-contained,
independent unit of a planned saries of lesrning activities designed to help
the student accomplish certain well defined.”... modul sebagai sejenis
satuan kegiatan belajar yang terencana, didesain guna membantu siswa
menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu.[3]
B.
Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul
Fungsi modul
ialah sebagai bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran peserta
didik. Dengan modul peserta didik dapat belajar lebih terarah daan sistematis.
Peserta didik diharapkan dapat menguasai kompetensi yang dituntut oleh kegiatan
pembelajaran yang diikutinya. Modul juga diharapkan memberikan petunjuk belajar
bagi peserta didik selama mengikuti diklat.[4]
Sistem
pengajaran modul dikembangkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan sistem
pengajaran tradisional. Selain itu modul juga berfungsi sebagai berikut:
1.
Adanya
peningkatan motivasi belajar secara maksimal.
2.
Adanya
peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
serta pelayanan individual
yang lebih mantap.
3.
Dapat
mewujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas.
Penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut.
1.
Memperjelas dan mempermudah
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
2.
Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya
indera, baik peserta belajar maupun guru/ instruktur.
3.
Dapat digunakan secara tepat
dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar;
mengembangkan kemampuan dalam berin- teraksi langsung dengan lingkungan dan sumber
belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai
kemampuan dan minatnya.
4.
Memungkinkan siswa atau
pebelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Dengan memerhatikan
tujuan-tujuan di atas, modul sebagai bahan ajar akan sama efektifnya dengan pembelajaran
tatap muka. Hal ini tergantung pada proses penulisan modul. Penulis modul yang
baik menulis seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang peserta mengenai
suatu topik melalui tulisan. Segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis
saat pembelajaran, dikemukakan dalam modul yang ditulisnya. Penggunaan modul
dapat dikatakan sebagai kegiatan tutorial secara tertulis. [6]
C. Karakteristik
Modul
Setiap modul memiliki mekanisme untuk
mengukur pencapaian tujuan belajar siswa, terutama memberikan umpan balik bagi
siswa untuk mencapai ketuntasan belajar. Menurut Wena (2009) modul yang baik
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.
Modul
merupakan paket pembelajaran yang bersifat self- instruction;
2.
Pengakuan
adanya perbedaan individual belajar;
3.
Membuat
rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit;
4.
Adanya
asosiasi, stukutur, dan urutan pengetahuan;
5.
Penggunaan
berbagai macam media;
6.
Partisipasi
aktif dari siswa;
7.
Adanya
reinforcement langsung terhadap respon siswa;
8.
adanya
evaluasi terhadap pengusaan siswa terhadap hasil belajar.
Sebagai bahan ajar, modul memiliki
karakteristik tertentu, yang membedakannya dari bahan ajar yang lain. Menurut
Russel (1974) karakteristik modul mencakup hal-hal sebagai berikut.
- Self contain,
- Bersandar pada perbedaan individu,
- Bersandar pada perbedaan individu,
- Pemakaian bermacam-macam media.
- Partisipasi aktif siswa,
- Penguatan langsung, dan
- Pengawasan strategi evaluasi.
Menurut Santyasa (2009), ciri-ciri modul adalah sebagai berikut.
1.
Didahului oleh pernyataan
sasaran belajar.
2.
Pengetahuan disusun
sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi siswa secara aktif.
3.
Memuat sistem penilaian
berdasarkan penguasaan.
4.
Memuat semua unsur bahan
pelajaran dan semua tugas pelajaran.
5.
Memberi peluang bagi
perbedaan antar individu siswa.[7]
D.
Prosedur Penyusunan Modul.
Penulisan modul
merupakan proses penyusunan materi pembelajaran
yang dikemas secara sistematis
sehingga siap dipelajari oleh pebelajar untuk
mencapai kompetensi atau sub kompetensi.
Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan
yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Analisis
Kebutuhan Modul
Analisis
kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/ tujuan untuk
menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
kompetensi tersebut. Penetapan judul
modul didasarkan pada kompetensi
yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis
kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan
judul modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:
a. Tetapkan
kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang
akan disusun modulnya;
b. Identifikasi
dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
c. Identifikasi
dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan;
d. Tentukan
judul modul yang akan ditulis
e. Kegiatan
analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul[8]
2. Penyusunan
Draft
Penyusunan draft
modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran dari
suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis.
Penyusunan draft modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan
kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft modul
dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tetapkan
judul modul
b. Tetapkan
tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah
selesai mempelajari satu modul
c. Tetapkan
tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir
d. Tetapkan
garis-garis besar atau outline modul
e. Kembangkan
materi pada garis-garis besar
f. Periksa
ulang draft yang telah dihasilkan
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya
menghasilkan draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup:
a. Judul
modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul;
b. Kompetensi
atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan mempelajari modul;
c. Tujuan
terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peserta didik
setelah mempelajari modul;
d. Materi
pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;
e. Prosedur
atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta didik untuk mempelajari modul;
f. Soal-soal,
latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta
didik;
g. Evaluasi
atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai
modul;
h. Kunci
jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian[9]
3. Uji
Coba
Uji coba draft
modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta terbatas, untuk mengetahui
keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut
digunakan secara umum. Uji coba draft modul bertujuan untuk;
a. mengetahui
kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami dan menggunakan modul;
b. mengetahui efisiensi waktu belajar dengan
menggunakan modul; dan
c. mengetahui
efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari dan menguasai materi
pembelajaran.
Untuk
melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a. Siapkan
dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba.
b. Susun
instrumen pendukung uji coba.
c. Distribusikan
draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba.
d. Informasikan
kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta uji coba.
e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen
uji coba.
f. Proses
dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui instrumen uji
coba.
Dari hasil uji coba
diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji
cobakan. Terdapat dua macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan
uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya
kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang
dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20 – 30 peserta didik.[10]
4.
Validasi
Validasi
adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul
dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut, maka
validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai
dengan bidang-bidang terkait dalam modul.
Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau
pengesahankesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan
cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau
substansi modul; penggunaan bahasa; serta penggunaan metode instruksional.
Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya
masing-masing antara lain;
a.
ahli substansi dari industri
untuk isi atau materi modul;
b.
ahli bahasa untuk penggunaan
bahasa; atau
c.
ahli metode instruksional
untuk penggunaan instruksional guna mendapatkan masukan yang komprehensif dan
obyektif.
Untuk melakukan validasi
draft modul dapat diikuti langkah langkah sebagai berikut.
a.
Siapkan dan gandakan draft
modul yang akan divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat.
b.
Susun instrumen pendukung
validasi.
c.
Distribusikan draft modul dan instrumen
validasi kepada peserta validator.
d.
Informasikan kepada
validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan oleh
validator.
e.
Kumpulkan kembali draft
modul dan instrumen validasi.
f.
Proses dan simpulkan hasil
pengumpulan masukkan yang dijaring melalui instrumen validasi.
Dari kegiatan validasi draft
modul akan dihasilkan draft modul yang mendapat masukkan dan persetujuan dari
para validator, sesuai dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan sebagai
bahan penyempurnaan modul.
5.
Revisi
Revisi atau perbaikan
merupakan proses penyempurnaan modul
setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi.
Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau
penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga modul siap
diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya, maka
Perbaikan modul harus
mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul diantaranya yaitu;
a.
Pengorganisasian materi
pembelajaran;
b.
Penggunaan metode
instruksional;
c.
Penggunaan bahasa; dan
d.
Pengorganisasian tata tulis
dan perwajahan.
Mengacu pada prinsip
peningkatan mutu berkesinambungan, secara terus menerus modul dapat ditinjau
ulang dan diperbaiki.[11]
Berikut ini cara-cara pengembangan
modul:
1.
Adaptasi
Modul adaptasi adalah bahan
belajar yang dikembangkan berdasarkan buku yang ada di pasaran. Sebelum
pelajaran berlangsung, guru,dosen,atau widiaswara mengidentifikasi buku-buku
yang ada (di toko bukuatau perpustakaan) yang isisnya relevan dengan materi
yang akan diajarkan. Setelah itu guru, dosen atau widiaswara memilih salah satu
buku tersebut sebagai bahan belajar yang digunakan untuk satu mata
pelajaran/diklat. Buku tersebut digunakan dalam kegiatan pemebelajaran secara
utuh atau sebagian dengan dilengkapi panduan belajar. Pengembangan panduan
belajar bersifat melengkapi buku tersebut dengan semacampetunjuk mempelajarinya.
2.
Kompilasi
Modul kompilasi ialah bahan belajar
yang dikembangkan atas dasar buku-buku yang adadi pasaran, artikel jurnal
ilmiah dan modul yang sudah ada sebelumnya. Kompilasi dilakukan oleh guru,
dosen atau widiaswara dengan menggunakan garis-garis besar program
pembelajaran/pelatihan (GBPP) atau silabi yang disusun sebelumnya.
3.
Menulis
Menulis adalah pengembangan
modul yang paling ideal.bagi guru, dosen atau widaswara menulis sendiri modul
yang dipergunakan dalam pembelajaran adalah pembuktian dirinya sebagai seorang
yang professional. Bagi guru, dosen terutama widaswara menulis modul merupakan
tugas pokok yang dihargai sebagai kegiatan pengumpulan angka kredit. Angka
kredit yang diperoleh guru, dosen atau widiaswara dari kegiatan menulis
modulini sangat tinggi nilainya, sehingga akan mengantarkan seorang mencapai
jabatan tertinggi.haltersebut sesuai dengan tingkat kesulitan dalam
mengerjakannya. Menulis modul memiliki tingkat kesulitan tertinggi disbanding
dengan kedua cara lain yang telah diuraikan terdahulu.
E.
Kelebihan dan Kelemahan Modul
1.
Kelebihan
Modul mempunyai kelebihan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Vembriarto (1981: 25). Kelebihan menggunakan
modul dalam proses belajar mengajar antara lain:
a. Mengatasi
keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru.
b. Dapat
digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi atau
gairah belajar, mengembangkan kamampuan dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan belajar.
c. Memungkinkan
siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
d. Siswa
lebih aktif belajar.
e. Guru
dapat berperan sebagai pembimbing, bukan semata-mata sebagai pengajar.
f. Membiasakan
siswa untuk percaya pada diri sendiri.
g. Adanya
kompetisi yang sehat antar siswa.
h. Dapat
meringankan beban guru.
i. Belajar
lebih efektif, dan evaluasi perbaikan yang cukup berarti.
j. Sistem
ini dapat menyerap perhatian anak sehingga pelajaran menunjukkan lebih berhasil
apabila dibandingkan dengan ceramah.
2. Kelemahan
Modul
mempunyai kelemahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Vembriarto (1981: 25). Kelemahan
penggunaan modul dalam proses pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh
Vembriarto antara lain:
a. Kesukaran
pada siswa tidak segera dibatasi.
b. Tidak
semua siswa dapat belajar sendiri, melainkan membutuhkan bantuan guru.
c. Tidak
semua bahan dapat dimodulkan dan tidak semua guru mengetahui cara pelaksanaan
pembelajaran menggunakan modul.
d. Kesukaran
penyiapan bahan dan memerlukan banyak biaya dalam pembuatan modul.
e. Adanya kecenderungan siswa untuk tidak
mempelajari modul secara baik.[12]
BAB
III
PENUTUP
A. Rangkuman
Modul
adalah satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul dapat dipandang
sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan
belajar. Fungsi Modul, yaitu:
1. Adanya
peningkatan motivasi belajar secara maksimal.
2. Adanya
peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
serta pelayanan individual yang lebih
mantap.
3. Dapat
mewujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas.
4. Dapat
mewujudkan belajar yang lebih berkonsentrasi.
Ada tiga karakteristik modul,
yaitu:
1. Self
Instructional
2. Self
Contained
3. Stand
Alone.
Prinsip pengajaran modul
Menyusun modul tidaklah gampang.
Modul harus disesuaikan dengan minat, perhatian dan kebutuhan peserta didik.
Oleh karena itu penyusunan modul perlu memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan
modul. Di antara prinsip-prinsip tersebut menurut Cece Wijaya, dkk (1992: 98)
adalah sebagai berikut:
1.
modul sebaiknya di susun manurut
prosedur pengembangan sistem instruksional (PPSI)
2.
Penyusunan modul harus lenkap dan dapat
mewujudkan kesatuan bulat antara jenis-jenis kegiatan yng harus ditempuh.
3.
modul disusun hendaknya berdasar atas
tujuan-tujuan pembelajaran yang jelas dan khusus.
4.
Bahasa modul harus menarik dan selalu merangsang
pesrta didik untuk berfikir.
5.
Modul harus memungkinkan penggunaan
multimedia yang relevan dengan tujuan.
6.
Waktu mengerjakan modul sebaiknya
berkisar antara 4 sampai 8 jampelajarann.
7.
Modul harus disesuaikan dengan tingkat
kemampun peserta didik dan memberi kesempatan peserta didik untuk
menyelesaikannya secara individual.
Sistematika Penulisan Modul
Dalam penulisan modul, yang harus
menjadi perhatian utama adalah peserta didik. Dengan demikian, dalam
merencanakan modul perlu disiapkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Pembuatan outline modul yang akan
disusun dalam rangka memberikan kerangka penulisan modul dan dapat digunakan
untuk kedalaman materi modul dalam setiap jenjang diklat.
2.
Petunjuk yang harus dilakukan peserta
didik dalam mempelajari modul.
3.
Materi pelajaran yang lalu sebagai
pemantapan, terutama yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan.
Pengaturan Muatan Konsep Modul
Modul memerlukan pengaturan muatan
konsep untuk lebih memotivasi peserta didik. Ada beberapa cara untuk mengatur
muatan konsep adalah sebagai berikut : pertama, kepadatan informasi, Kedua,
simulasi tambahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiningsih Fajriah Liny. 2011. Pengembangan Modul Berbasis Learning Cycle
dengan Penekanan pada Tahap
Engagement dalam Pembelajaran Sistem Pernafasan di SMA, Semarang: UNNES.
Dharma Surya. 2008. Penulisan Modul, Jakarta : Ditjen PMPTK.
M. Hosnan. 2016. Etika Profesi Pendidik. Bogor : Ghalia
Indonesia.
Mukhtar
dan Iskandar, 2012. Desain Pembelajaran
Berbasis TIK, Jakarta:Referensi.
Purwanto, et all. 2007,
Pengembanagn
Modul. Jakarta : Depdiknas.
Sukiman, 2015. Pengembangan Media Pembelajaran, Yogyakarta : Pustaka Instan
Madani.
[1]
Purwanto, Et All, Pengembanagn Modul. (Jakarta : Depdiknas,
2007),Hlm. 9-10
[2]
M. Hosnan, Etika Profesi Pendidik. (Bogor : Ghalia
Indonesia. 2016).Hlm. 147
[3] Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Instan Madani,
2015).Hl 131
[4] Purwanto, et all, Pengembanagn Modul. (Jakarta : Depdiknas,
2007),Hlm.10
[5] Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Instan Madani,
2015).Hlm. 133
[7]
Fajriyah Liny Budiningsih, Pengembangan Modul Berbasis Learning Cycle dengan
Penekanan pada Tahap Engagement dalam
Pembelajaran Sistem Pernafasan di SMA, (Semarang: UNNES, 2011),hlm. 19-20
[8]
Surya Dharma, Penulisan Modul, (Jakarta : Ditjen
PMPTK, 2008), Hlm. 12
[9]
Ibid. hlm. 13
[10]
Ibid. hlm. 14
[11]
Ibid. hlm. 15
Full Document dapat dilihat link di bawah ini....